Bahagia Itu Dekat

Menjadi perempuan bekerja dan ibu di waktu yang bersamaan, bukanlah hal mudah. Waktu menjadi sesuatu yang harganya teramat mahal. Lembar-lembar seratus ribuan atau gesekan kartu yg diikuti nomor PIN dan tandatangan, dengan mudah bisa dieksekusi, meskipun saya pribadi bukan salah satu pelakunya. Tapi andai tambahan waktu memang bisa dibeli, niscaya manusia yang sombong ini akan memborongnya dalam jumlah besar. Tak hanya waktu, jika ada, ingin juga rasanya mencari toko yang menjual kebahagiaan. Lho, lho, sedang frustasikah saya?

 

Tatkala jam kerja sudah tidak lagi menjadi rambu-rambu yang dipancangkan tinggi, profesionalitas dan loyalitas menjadi harga mati. Masih ditambah dengan tekanan pekerjaan yang datangnya bisa tak terduga dari arah mana. Bisa juga berbondong-bondong dari berbagai arah di waktu yang sama. Masih bisakah merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya?

 

Saya salah satu dari sekian banyak perempuan bekerja. Rangkap jabatan sebagai orangtua tunggal dari putra-putri yang masih kanak-kanak, terkadang membuat saya bergidik ngeri. Saya berangkat ke kantor antara pukul 5 – 6 pagi, tiba di kantor langsung mengecek pekerjaan tim di hari itu dan kemarin, sibuk dengan klien di telepon, melakukan perjalanan kesana-kemari untuk beragam pertemuan, dan baru kembali ke rumah saat hari hampir berganti. Is this the real me?

 

Akhir pekan kemarin menjadi saat yang paling ditunggu. Tak selalu harus bepergian ke tempat rekreasi yang jauh. I know my kids very well. Si sulung, sangat antusias pada kendaraan alat berat. Dia hafal persis kendaraan seperti mixer truck, dump truck, backhoe, drilling machine, crawler crane, conveyor, bahkan jenis rodanya pun ia hafal. Mudah saja untuk membuatnya jauh dari ngambek atau menangis. Cukup membantunya menarik tas raksasanya yang berisi lego, menemaninya menyusun lego-lego itu menjadi alat berat yang ia maui. Tak lupa, merespon celotehnya tentang alat-alat berat itu. Dan… dijamin saya akan menjadi the best mom di mata dan hatinya.

 

Lain lagi dengan si bungsu. Gadis kecil itu lebih romantis. Ia suka diajak bermain petak umpet, saat berhasil ditemukan, ia akan memeluk saya erat dan mendaratkan ciuman bertubi-tubi. Atau, saya kembali ke masa kecil. Melompat-lompat bersamanya di atas tempat tidur sambil bergandengan tangan dengannya. Tawanya akan semakin berderai kala saya melompat sambil membuat gerakan variatif, entah sambil menari atau – maaf – sambil menggoyang-goyangkan pantat seperti bebek.

 

Monday is coming. Suka tidak suka, minggu ini harus dijalani. Jika ingin bermalas-malasan, bolos saja sekalian. Setelahnya silakan duduk di tepi jalan sambil menadahkan mangkuk pada mereka yang berjalan kian-kemari.

 

Bahagia itu dekat, ya? Kenali apa yang orang tercinta kita sukai dan rindui dari kita. Lalu, wujudkan! Di belahan selatan Jakarta, menatap tower-tower crane tinggi, membuat saya rindu pada celotehan tuan muda di rumah. Oya, jadi rindu melompat-lompat lagi di atas kasur.

 

Bahagiamu, ada di mana?

 

The happier me,

Melina

Leave a Comment