Review Novel; El Dorado Karya Chindy Anindya

Judul Buku : El Dorado

Penulis  : Chindy Anindya

Tahun Terbit  : Cetakan ke-3, Tahun 2019

Penerbit : Penerbit ANDI

Jumlah Halaman : 220 Halaman

ISBN: 978-979-29-6063-1

 

Pernah mempunyai sahabat? Kalau saya punya sahabat dari masa remaja yang hubungannya masih awet sampai dengan saat ini. Sejak kapan kami mulai dekat, ya? Tepatnya sejak kelas 1 SMP. Saat itu kami masih berusia 12 tahun. Artinya kami sudah bersahabat selama 23 tahun. Wew! Lama juga, ya. Dia adalah sahabat yang darinya pertama kali saya mencicipi hamburgernya McDonald dan mengenal makanan enak bernama sosis. Dulu setiap kali main ke rumahnya, ibunya sering menyuguhkan makanan ini dan itu. Beberapa kali dibuatkan mie instan rebus lengkap dengan sayuran, telur, dan sosis. Saat pulang ke rumah dan meminta pada ibu, eh ternyata harganya mahal, hihihi …

Kami pernah bertengkar? Pernah. Bertengkar hebat malah. Hampir satu tahun nggak bertegur sapa. Ngeri, deh. Tapi kemudian kami berbaikan dan merasa rindu. Sampai saat ini biarpun terpisah jarak, komunikasi masih kami jaga meskipun nggak intens.

***

Membicarakan sahabat, sama seperti membahas urusan percintaan. Luas dan nggak ada habisnya. Ada banyak hal yang terjadi di dalam ikatan persahabatan, mulai dari rasa ingin berbagi cerita, saling mendukung, saling meledek, bahkan kadang jatuh cinta pada orang yang sama. Tidak mengherankan kalau Chindy Anindya mengangkat tema persahabatan ini dalam novel berjudul El Dorado.

Oh Sehun, pemuda tampan dan pintar tapi kesepian. Putra tunggal pasangan suami istri kaya raya yang lahir dengan kelainan jantung. Diperlukan transplantasi jantung agar Sehun dapat kembali hidup sehat dan normal seperti orang lain. Sayangnya, transplantasi jantung tersebut berujung pada kematian kedua orangtuanya. Mereka terbunuh di depan matanya. Dia juga harus melihat orang kepercayaan kedua orangtuanya terbunuh kemudian. Dia yang lalu menyuruh Sehun melarikan diri dari pembunuh bertopeng itu.

Berlari tak tentu arah, Sehun tertabrak mobil dan mengalami luka serius. Kondisi kesehatannya kembali seperti saat sebelum dia menjalani transplantasi. Dia mudah lelah dan sering merasakan nyeri pada jantungnya. Sehun kemudian tinggal bersama orangtua angkat yang tak lain adalah orang yang menabraknya.  Mereka menyayangi Sehun seperti anaknya sendiri. Memberikan perhatian lebih termasuk membiayai biaya perawatan Sehun yang berulangkali keluar masuk rumah sakit. Akibatnya, Sehun juga berulangkali absen pergi ke sekolah. Dia juga tidak pernah mengikuti pelajaran olahraga. Kedua sahabatnya, Chanyeol dan Yerim, tidak pernah tahu soal kondisi kesehatan Sehun. Semuanya dirahasiakan oleh Sehun dan orangtua angkatnya.

Kondisi kesehatan Sehun berhasil membuat saya yang semula hanya meniatkan diri membaca sepuluh menit saja, berubah pikiran hingga akhirnya menamatkan novel ini ini sekaligus. Terlanjur terbawa jalannya cerita sehingga saya tidak ingin berhenti.

Seperti hubungan persahabatan yang biasa terjadi antar lawan jenis, Sehun dan Yerim saling menyayangi meskipun menyimpan perasaan itu dalam diam. Mereka malah lebih sering terlihat saling meledek. Saya melihatnya sebagai ekspresi sayang usia remaja yang masih malu-malu kucing.

Bukan seperti persahabatan yang saling mencintai sahabatnya juga, Chanyeol hanya menganggap Yerim sebatas sahabat. Chanyeol tidak memiliki perasaan khusus pada Yerim. Bagaimana bisa memiliki perasaan khusus pada lawan jenis, jika perasaan bersalah terhadap Sehun terus menggelayuti? Chanyeol menyimpan rahasia tentang pembunuh kedua orangtuanya. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi andai Sehun tahu dan bagaimana caranya menjelaskan.

Novel ini mengambil latar di Korea Selatan dengan orang-orang kalangan menengah ke atas. Secara tidak langsung, pembaca diajak berkelana ke dalam kehidupan orang-orang kaya, para pengusaha, yang hubungan bisnisnya seringkali tercampur aduk dengan kehidupan pribadi dan berujung pada perbuatan kotor.

El Dorado adalah novel remaja yang tetap asyik dinikmati oleh orang dewasa. Memang ada beberapa halaman yang menurut saya agak membingungkan, yakni usia Sehun saat kedua orangtuanya terbunuh. Penulis tidak memberikan informasi sehingga saya menganggap peristiwa itu baru terjadi . Demikian juga persahabatan antara Sehun, Yerim, dan Chanyeol. Jika sudah lama, janggal rasanya sahabat-sahabatnya sama sekali tidak mengetahui kehidupan pribadi Sehun. Satu hal lagi, Sehun, Yerim, dan Chanyeol diceritakan masih bersekolah. Entah bagaimana di Korea Selatan, tapi saya masih terbawa kondisi di negara kita yang kemungkinan mereka adalah siswa sekolah menengah. Tapi penulis sudah membawa mereka mengenai hubungan percintaan yang serius dan akan dibawa ke jenjang pernikahan.

Secara umum, El Dorado sangat asyik untuk dibaca di kala senggang. Lembar demi lembarnya membuat saya penasaran kalau tidak melanjutkan. Tidak ada satu halaman pun yang membuat bosan. Apalagi saat kondisi Sehun kritis, Chanyeol yang masih saja menyimpan rahasia, dan Yerim yang seperti tidak dianggap karena tidak mengerti apa yang terjadi pada Sehun dan apa yang disembunyikan oleh Chanyeol. Rasanya saat itu saya ingin masuk ke dalam novel dan memberitahukan pada Yerim bahwa kedua sahabatnya tidak bermaksud mengabaikannya.

Chindy Nindya mengakhiri cerita dalam El Dorado ini di luar bayangan saya. Berakhir manis atau buruk, tentu saja ini relatif karena pembaca seringkali berharap sebuah cerita selesai sesuai keinginan mereka sendiri.

Kamu sudah membacanya?

Leave a Comment